Total Tayangan Halaman

Kamis, 18 Oktober 2012

Menggali 'Passion' dan 'Purpose of Life' (part 1)

Tulisan ini adalah bentuk manifestasi dari usaha saya menemukan 'passion' dan 'purpose of life' saya, semoga bisa menjadi inspirasi dan motivasi, setidaknya bagi saya sendiri.


'Empat tahun rupanya bukan waktu yang cukup lama untuk menggali ilmu di bidang petroleum refining'. Itu yang terpikir olehku saat ini. Meskipun saat itu, ketika menjalani hari-hari dengan tingkat kebosanan sangat tinggi di Kampus AKAMIGAS-STEM rasanya pengen cepat lulus. Rupanya berbeda dengan yang kupikirkan sekarang, setelah terjun langsung di Refinery Unit (RU). Bukan menyesal, tetapi rasanya empat tahun itu masih belum optimal aku gunakan untuk membekali diri. Maklum, saat itu aku juga masih dalam tahap 'mencari-cari' apa yang sebenarnya aku butuhkan ketika aku kerja nantinya. Mungkin ini adalah salah satu tantangan tersendiri di antara mahasiswa-mahasiswa lain yang notabene pengalaman kerjanya sudah di atas 10 tahun.

Aku masih ingat betul ketika kuliah dulu, pada saat AKA III (Sebutan untuk diploma III di AKAMIGAS-STEM). Konfigurasi kelas kami saat itu cukup menarik. Ada kami yang dari fresh graduated SMA yang belum bekerja ditambah mahasiswa dari RU, lengkap mulai dari RU II, III, IV, V, dan VI. Dengan segudang kebiasaan dan keunikan masing-masing. Ceritanya saat itu ketika kami kuliah, ada salah satu mata kuliah yang cukup 'njelimet' (baca: rumit), tidak hanya materinya, tetapi dosennya juga 'njelimet'. Bahkan rasanya untuk mengikuti penjelasan dosen tersebut saja susah, apalagi kalau harus nanya. Akhirnya di waktu istirahat di sela-sela jam perkuliahan siang itu kami ngobrol-ngobrol tentang kuliah. "Mending online saja, materi itu juga ga terpake nanti kalo sudah kerja", kata salah satu teman kami yang sudah bekerja lama di RU. Waktu itu aku cuek saja, berniat untuk tidak terdemotivasi untuk berusaha memahami isi materi kuliah kala itu.

Jauh melompat ke waktu sekarang, akhirnya aku memahami pernyataan kawanku itu. Memang untuk saat ini (dengan posisi dan job seperti sekarang ini) materi-materi seperti itu terlalu 'njelimet' dan belum terpakai. Yang kami butuhkan sebagai field operator adalah ilmu-ilmu praktis yang dapat diterapkan untuk pekerjaan sehari-hari, meliputi prosedur operasional, troubleshooting, dan masih bertahan di seputar hal-hal itu saja.
Mungkin cerita ini bisa dijadikan motivasi buat adik-adik yang mendapatkan kesempatan menimba ilmu di AKAMIGAS-STEM. Memang tidak salah bahwa untuk pekerjaan kita di RU nantinya membutuhkan ilmu-ilmu praktis dan kurang perlu yang terlalu 'njelimet' misalnya evaluasi, optimasi, apalagi perancangan alat dan proses migas. Karena memang untuk bidang-bidang tersebut sudah ditangani oleh bagian tersendiri di RU. Nah, yang perlu kita pikirkan adalah mau jadi field operator yang seperti apa kita nantinya. Field operator yang biasa-biasa saja, melakukan rutinitas dan menunggu order dari panel man maupun supervisor kita? Atau menjadi field operator yang tahu mengapa dan untuk apa harus mengerjakan order tersebut? Sebagaimana kita ketika hendak melakukan perjalanan. Misalnya setelah kita hitung, biaya total perjalanan Rp 100.000,00. Apakah lantas kita berangkat dengan berbekal hanya Rp 100.000,00? Ada 'risk factor' misterius yang tidak pernah kita tahu, meskipun tidak ada seorang pun yang mengharapkan hal-hal di luar rencana terjadi. Oleh karenanya kita musti mempersiapkan bekal lebih. Lebih banyak lebih baik, hehe (itung-itung buat antisipasi kalau teman atau saudara tiba-tiba telepon minta dibawain oleh-oleh). Namun membawa uang banyak dalam perjalanan bukanlah tanpa risiko. Dibutuhkan ekstra hati-hati dan waspada setiap saat dalam menyimpan bawaan kita. Jangan sampai karena lengah sesaat hilanglah bekal kita dijambret orang, alhasil kita justru tidak bisa ke mana-mana.


Nah senada dengan ilustrasi tersebut bahwasanya tidak ada salahnya kita membekali diri dengan ilmu sebanyak mungkin meskipun untuk pekerjaan belum diperlukan. Namun itu kan jangka pendek. Yang perlu diingat adalah bahwa pekerjaan kita (insyaallah) akan berlangsung cukup lama. Dan dalam perjalanannya pasti kita akan mengalami kenaikan dalam jenjang karir pekerjaan kita. Dan tentu saja, job pekerjaan kita juga akan meningkat. Pada saat itulah, bekal itu akan semakin banyak terpakai. Sama halnya dengan uang tadi, bekal ilmu pengetahuan kita juga harus dijaga dan dirawat agar tidak hilang, bahkan kalau bisa terus bertambah. Review tentang materi kuliah salah satu caranya. Memang sih, ketika sudah terjun langsung di pekerjaan rasa jenuh dan hasrat untuk membaca bahan kuliah sudah menurun. Namun di sana selalu ada cara yang dapat digunakan untuk me-maintain minat dan hasrat untuk terus belajar. Dan hal itu hanya bisa ditemukan oleh diri kita, ketika kita mulai 'aware' terhadap apa yang ada di lingkungan kita, apa yang menjadi tanggung jawab kita hari ini dan kelak.

Kembali pada motivasi belajar di AKAMIGAS-STEM. Aku jadi teringat salah satu mata kuliah di AKA III, yaitu tentang Added Value. Sebenarnya bukan hanya produk, peralatan, dan proses yang kita pelajari memerlukan added value, tapi kita sendiri yang akan terjun langsung di dunia refining juga sangat memerlukan added value. Tak hanya sekedar menjadi diri sendiri, tetapi menjadi 'UltimateU', seperti kata Rene Suhardono (dalam buku Your Journey to be 'UltimateU'). Ibarat kita dalam membeli suatu barang, ada merek A, B, C, dan D. Keempatnya sama-sama dapat menjalankan suatu fungsi yang sama. Namun dalam menentukan mana yang akan kita beli, pasti kita akan mencari tahu, selain fungsi utama yang bisa dilakukan barang merek tersebut, adakah keunggulan lain? Misalnya dari sisi ketersediaan spare part, layanan servis, garansi, atau mungkin harganya. Begitu pula dengan manusia. Dalam menjalankan misinya di dunia ini, tentu akan menghadapi kondisi yang sama. Kondisi di mana akan berlaku 'Survival of the fittest', bukan yang paling kuat yang akan bertahan, tetapi yang paling dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tahu apa yang dibutuhkan di lingkungannya, dan mampu memenuhi tantangan yang ada. Jadi sekali lagi, tidak sekedar menjadi diri sendiri, tetapi menjadi 'UltimateU'.

[inspired by Rene Suhardono dalam bukunya Your Career is Not Your Job dan Your Journey to Be 'UltimateU']

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management