Total Tayangan Halaman

Senin, 18 Februari 2019

Konfigurasi Kilang Minyak


Kilang minyak merupakan tempat pengolahan minyak mentah (crude oil) menjadi produk-produknya seperti LPG, naphtha, kerosene, diesel, dan lain sebagainya. Konfigurasi antara kilang yang satu dan lainnya tentunya bisa saja berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

  • Kualitas Minyak Mentah dan Crude Assay
Kualitas crude dunia kini semakin “berat”. Kilang yang ada harus memiliki fleksibilitas untuk mengolah crude dengan range titik didih yang lebih lebar dan fraksi yang lebih berat dengan dilengkapi unit upgrading (unit pengolahan produk fraksi berat, misalnya long residue) untuk menghasilkan produk fraksi ringan yang bernilai tinggi dari crude yang lebih murah. Selain dari segi keekonomian, fleksibilitas kilang juga akan menjamin kontinuitas ketersediaan bahan baku yang tentunya juga akan mempengaruhi produktivitas.
Kualitas crude yang akan diolah dapat dilihat dari crude assay-nya. Berdasarkan evaluasi crude assay itulah dapat diketahui kebutuhan unit proses serta konfigurasinya untuk dapat menghasilkan produk yang diharapkan.
Contoh Crude Assay Banyu Urip

  • Jenis Produk yang Diharapkan
Pada umumnya proses yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan H/C ratio (rasio hidrogen terhadap carbon) melalui proses hidrogenasi misalnya hydrotreating, hydrocracking, atau juga melalui carbon rejection seperti thermal cracking dan FCC. Sebagai contoh untuk mendapatkan produk fraksi naphtha dengan ON yang tinggi dari minyak umpan fraksi berat misal long residue ataupun short residue dapat diperoleh melalui proses pada unit FCC. 

Beberapa produk dengan kualitas tertentu juga dapat diperoleh melalui proses catalytic reforming, isomerization dan alkylation. Oleh karena itu jenis dan kualitas produk yang diharapkan akan sangat mempengaruhi pemilihan unit proses dan konfigurasi kilang yang akan dibuat.

  • Regulasi terkait Aspek Lingkungan
Spesifikasi yang membatasi kadar kontaminan pada produk misalnya sulfur saat ini semakin rendah. Hal ini tentunya membutuhkan perubahan severity atau desain dari unit hydroconversion untuk menghasilkan ultra low sulphur products. 
Selain produk, penanganan limbah pun juga semakin ketat dengan berkembangnya aturan aspek lingkungan terkait emisi dan limbah air.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management