Katalis yang digunakan pada reaksi hydrocracking adalah bifunctional catalysts yang secara
kimiawi memicu terjadinya reaksi-reaksi sebagai berikut.
·
Cracking, dengan
mekanisme reaksi yang sama dengan catalytic
cracking
·
Hidrogenasi hidrokarbon tidak jenuh hasil reaksi cracking
·
Hidrogenasi cincin aromatik
·
Hidrogenolisis struktur naftenik
Pada reaksi pertama, sisi logam
berperan dalam memicu reaksi dehidrogeniasi menghasilkan senyawa alkena yang
kemudian menjadi ion pada sisi asam. Reaksi kedua dan ketiga terjadi pada sisi
logam. Reaksi keempat terjadi pada kedua sisi katalis (sisi asam dan logam).
Kesetimbangan fungsi asam dan logam
yang tepat diperlukan untuk mencegah terbentuknya coke. Oleh karena itu, reaksi hidrogenasi alkena hasil reaksi cracking harus berlangsung dalam jangka
waktu yang singkat guna menghindari terjadinya reaksi polimerisasi maupun
kondensasi lebih lanjut yang menghasilkan senyawa prekursor coke. Kesetimbangan ini selain
dipengaruhi oleh karakteristik katalis juga sangat dipengaruhi oleh pengaturan
kondisi operasi.
Ø Temperatur
yang tinggi menunjang reaksi pada sisi asam
Ø Meningkatkan
tekanan parsial hidrogen dapat meningkatkan reaksi hidrogenasi pada sisi logam
Pemilihan Katalis
Katalis untuk hydrocracking didesain dengan sifat bifunctional dengan alasan:
·
Dapat diatur jumlah dan kekuatan dari sisi asamnya
·
Dapat diatur kekuatan hidrogenasinya
·
Sangat sesuai dengan tujuan proses (fleksibel)
Pemilihan struktur logam pada
katalis harus memenuhi minimal 3 dari 4 jenis reaksi pada mekanisme reaksi hydrocracking. Oleh karena itu pemilihan
jenis logam harus dilakukan dengan teliti karena sangat menentukan kinerja
katalis. Menurut studi yang dilakukan Raseev, NiMo dan NiW merupakan pasangan
logam yang paling cocok digunakan sebagai sisi logam katalis hydrocracking dibandingkan katalis
dengan logam mulia lainnya seperti Pt dan Pd. Meskipun keduanya juga
direkomendasikan untuk digunakan dalam membuat katalis hydrocracking.
Katalis
dengan NiMo dan NiW banyak digunakan pada unit hydrocracking dengan sistem single
stage dan selalu digunakan untuk stage
pertama pada unit dengan sistem two
stages. Sedangkan untuk stage
keduanya menggunakan Pt maupun Pd. Untuk memaksimalkan stability dan efficiency katalis
terhadap reaksi tertentu, digunakan promoters.
Namun sebenarnya efficiency itu
sendiri tidak hanya bergantung pada proporsi asam dan logam, serta karakter promoters saja tetapi juga dipengaruhi
oleh dispersi promoters tersebut pada
support katalis. Dispersi yang baik
juga sangat penting khususnya pada katalis dengan Pt dan Pd.
Pada kondisi tertentu, pemilihan
fungsi logam ditentukan berdasarkan tekanan parsial H2S pada zona
reaksi. Sebagai contoh Pd memiliki toleransi yang rendah terhadap H2S.
NiMo tidak memiliki batasan toleransi terhadap H2S. Sementara NiW
memiliki toleransi di antara keduanya.
Pada mulanya,
amorphous aluminosilica digunakan sebagai support pada sejumlah reaktor hydrocracking sebagaimana digunakan juga pada katalis untuk catalytic cracking. Selanjutnya, katalis
dengan support zeolite pun mulai banyak dikembangkan. Dari penggunaannya pada
reaksi catalytic cracking, diketahui
sejumlah keunggulan zeolite dalam hal ini Y-zeolite dibandingkan amorphous. Salah
satu katalis yang dikembangkan secara komersial oleh Shell dan sudah digunakan sejak 1983 adalah NiW dalam struktur
Y-zeolite dengan nama HTY. Katalis jenis ini kemudian dikembangkan dengan nama
S-753.
Kelebihan
katalis tipe ini adalah:
·
Pembentukan coke yang rendah
·
Stabilitas yang baik
·
Siklus regenerasi lebih lama
·
Membutuhkan temperatur yang lebih rendah untuk
mencapai tingkat konversi yang diinginkan
Kekurangan
katalis Y-zeolite ada pada selektivitasnya. Katalis ini memiliki tingkat
konversi yang tinggi terhadap gasoline dan
gas, serta konversi yang rendah terhadap produk kerosine dan gasoil. Hal ini ditengarai merupakan
dampak reaksi hydrocracking yang
berlebih pada katalis zeolit yang merupakan dampak dari tingginya jumlah sisi
asam. Molekul yang telah terdekomposisi pada reaksi inisiasi teradsorbsi
kembali oleh sisi asam lainnya dan terrengkah menjadi gasoline maupun gas.
Untuk mengatasi
efek reaksi berlebihan ini, telah dilakukan pengembangan katalis zeolit pada
generasi keduanya dengan menghilangkan sebagian aluminum dari pori-pori zeolit.
Proses ini menghasilkan katalis zeolit untuk hydrocracking yang memiliki jumlah
sisi asam lebih rendah. Pada kasus tertentu, komposisi support zeolit juga dimodifikasi (sebagai contoh S-703). Pengurangan
ukuran crystallite ternyata
menghubungkan dampak yang signifikan terhadap kenaikan volume fraction mesopori. Hal
ini memicu kenaikan selektivitas (konversi terhadap kerosin) dan stabilitasnya
juga.
Sebagai contoh, perubahan struktur pori pada katalis IFP HYC-642. Ditunjang dengan turunnya jumlah sisi asam menghasilkan selektivitas katalis yang lebih tinggi.
Pengembangan
lebih lanjut yang dilakukan oleh Shell
adalah menggunakan dua bed catalystsI untuk
sistem reaktor single stage atau pada
reaktor pertama pada sistem two stages.
Pretreatment catalyst (misalnya
C-424) digunakan pada bagian atas reaktor dan katalis hydrocracker pada bagian bawahnya. Sistem reaksi seperti ini
dimungkinkan dengan pengembangan katalis yang tidak sensitif terhadap efek
racun dari nitrogen, salah satunya adalah katalis Z-713. Pada stage kedua digunakan katalis yang
dikembangkan dengan support yang
terbuat dari campiran amorphous dan
Y-zeolite (misalnya Z-603). Kinerja katalis tipe ini meningkat khususnya untuk
pembukaan cincin naftenik. Secara keseluruhan, dampak positif dari pengembangan
sistem reaksi dengan katalis tersebut adalah panjang siklus dan kualitas
produknya.
Pengembangan
Support Katalis
Pengembangan support
katalis merupakan salah satu tugas utama dalam mengembangkan katalis hydrocracking dan telah dipublikasikan
dalam sejumlah paten. Sebagai contoh pengembangan stabilitas katalis hydrocracking dengan tipe support Y-zeolite terdispersi dalam
matriks oksida anorganik yang memberikan stabilitas ultra pada katalis hydrocracking oleh William A. Welsh,
Fulton, Md. yang dipublikasikan dalam publikasi dengan nomor paten U.S. Pat.
Nos. 4,456,693.
Pada tahun 1990, UOP telah mengembangkan amourphous support dengan peningkatan kinerja katalis dengan nama
produk DHC-8 dan berlanjut dengan pengembangan katalis zeolit DHC-100. Katalis
zeolit ini memiliki stabilitas yang tinggi dan bekerja pada temperatur kurang
lebih 10o celcius lebih rendah dibandingkan DHC-8.
Dengan memoderasi fungsi asam DHC-100 mampu menghasilkan
produk middle distillate dengan
jumlah yang hampir sama dengan yang dihasilkan DHC-8.
(dalam
persen volume produk terkonversi)
IFP menggunakan promoted
catalyst NiMo pada support alumina HR-360 pada stage pertama untuk hydrotreating
diikuti dengan reaktor yang menggunakan katalis HYC-642 untuk hydrocracking dengan basis zeolit. Katalis
zeolit HYC-642 menghasilkan sejumlah distilat yang sebanding dengan yang
dihasilkan amorphous.
[dirangkum dari berbagai sumber]
0 komentar :
Posting Komentar