Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pertama, bahwa
dalam pembuatan lube base oil dapat dilakukan dengan dua metode proses, yakni
dengan metode separasi dan konversi. Kali ini saya ingin review sedikit
mengenai proses pembuatan lube base oil konvensional dengan metode separasi.
Pada pemrosesan lube base oil feedstock dengan menggunakan
metode separasi, secara umum terdapat 3 tahap proses separasi pada unit
penghasil lube base oil, yakni Solvent
Refining, Solvent Dewaxing, dan
Finishing.
Solvent Refining
Solvent refining merupakan suatu proses pengolahan lube base
oil feedstock (bahan baku minyak pelumas) dengan tujuan untuk mengatur
Viscosity Index (VI) dan meningkatkan ketahanan lube base oil terhadap
oksidasi. Proses yang terjadi adalah solvent extraction yang akan memisahkan
komponen minyak yang memiliki VI rendah dan mudah teroksidasi dari komponen
minyak yang memiliki VI tinggi dan lebih tahan terhadap oksidasi.
Pada awal perkembangan teknologi di bidang refining, solvent
refining ini merupakan salah satu proses yang berkembang sangat pesat khususnya
dalam aplikasinya untuk menghasilkan lube base oil dengan VI dan ketahanan
terhadap oksidasi yang tinggi. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi
katalis, solvent refining ini semakin banyak ditinggalkan karena dengan metode
konversi yang melibatkan peran katalisator dapat menghasilkan kualitas produk
yang lebih baik (API group II dan III) sementara dengan metode separasi hanya
mampu menghasilkan produk lube base oil API group I saja.
Gambar di atas menunjukkan beberapa jenis solvent dan
struktur molekulnya yang banyak digunakan dalam solvent refining lube base oil.
Ada pula proses Duo-Sol yang menggunakan campuran propane-phenol-cresylic acid.
Dalam memilih solvent yang akan digunakan dalam proses
solvent refining tentunya harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut.
- Memiliki kelarutan yang tinggi terhadap komponen dengan senyawa aromatics VI rendah dan polyaromatics yang akan diekstrak dari bahan baku lube base oil.
- Memiliki kelarutan yang rendah terhadap senyawa parafin dan naften yang memiliki VI yang tinggi dan harus terpisah dalam fase raffinate.
- Memiliki ketahanan terhadap panas dan oksidasi yang baik, sehingga meminimalisasi losses dan terjadinya kontaminasi pada saat digunakan. Pada kasus penggunaan furfural, memang senyawa furfural rentan mengalami oksidasi apabila terpapar pada udara karena kandungan gugus fungsional aldehida-nya, namun sifat senyawa furfural yang lain sangat menunjang proses ekstraksi senyawa aromat dan polyaromat yang dilakukan terhadap bahan baku lube base oil.
- Memiliki perbedaan densitas yang signifikan antara solvent dan rafinat untuk mengoptimalkan pemisahan antara kedua fase tersebut.
- Viskositas solvent yang rendah dapat membantu pemisahan fase.
- Titik lebur solvent yang rendah menjaga solvent agar tidak membeku pada musim dingin.
- Titik didih solvent yang rendah dapat mengurangi kebutuhan energi dan meningkatkan keberhasilan pemisahan solvent dari senyawa rafinat maupun ekstrak.
- Tidak beracun dan tidak korosif.
- Murah.
Mekanisme Solvent
Extraction
Proses pemisahan yang terjadi dalam proses ekstraksi
berlangsung berdasarkan kelarutan solvent. Senyawa komponen umpan unit
ekstraksi yang memiliki kelarutan lebih tinggi terhadap solvent akan larut ke
dalam solvent dalam fase ekstrak. Sedangkan komponen umpan yang kelarutannya
lebih rendah akan terpisah dalam fase rafinat. Proses kontak antara minyak
umpan dengan solvent terjadi pada suatu kolom ekstraktor atau disebut juga Rotating
Disc Contactor Column (RDC). Hal ini karena pada beberapa unit ekstraksi
digunakan ekstraktor yang memiliki struktur discs yang tersusun dalam sebuah
rotor yang digerakkan oleh suatu motor dan struktur stator ring yang terkait
pada dinding kolom. Keberadaan struktur RDC dalam kolom ekstraktor tersebut
bertujuan untuk mengoptimalkan waktu kontak sehingga meningkatkan transfer
massa yang terjadi selama proses berlangsung. Selain menggunakan RDC, ada pula
kolom ekstraktor yang menggunakan sturktur packing maupun baffles.
Terjadinya pemisahan fase ekstrak dan rafinat pada proses
ekstraksi terjadi karena adanya peningkatan berat molekul pada fase ekstrak. Hal
ini disebabkan oleh larutnya senyawa aromatics dan polyaromatics ke dalam
solvent. Viskositas rafinat yang telah terpisah dari komponen aromatics dan
polyaromatics tidak mengalami perubahan viskositas yang signifikan sesuai yang
diharapkan dalam spesifikasi lube base oil. Untuk perhitungan terkait proses ekstraksi ini insyaallah akan saya review pada kesempatan yang akan datang. Perubahan properties dari fase
rafinat dan ekstrak dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Typical Simplified Process Flow Diagram for Solvent
Extraction Unit
Variabel Proses
Kualitas produk lube base oil yang dihasilkan dari suatu
unit solvent extraction ditentukan oleh beberapa variabel proses utama sebagai
berikut.
Temperatur Kontak
Temperatur memiliki korelasi positif terhadap kelarutan
solvent. Semakin tinggi temperatur, maka kelarutan senyawa aromatics maupun
polyaromatics terhadap solvent akan meningkat. Namun di sisi lain hal ini
menyebabkan turunnya yield rafinat. Oleh karena itu, pada unit solvent
extraction, temperatur operasi dicari pada kondisi optimal yang dibatasi oleh
parameter VI dan RI produk serta persen yield. Semakin tinggi temperatur,
semakin banyak kandungan senyawa aromatics maupun polyaromatics yang diekstrak
sehingga VI meningkat, RI menurun, namun persen yield juga menurun. Begitu pula
sebaliknya.
Solvent to Oil Ratio
Rasio antara solvent dan minyak umpan juga sangat
mempengaruhi proses ekstraksi yang terjadi dalam kolom ekstraktor. Selain dengan
pertimbangan biaya, meningkatkan rasio solvent terhadap minyak umpan dibatasi
dengan kebutuhan yield yang diharapkan. Meskipun secara kualitas, meningkatkan
rasio solvent terhadap minyak umpan dapat meningkatkan kelarutan senyawa
aromatics dan polyaromatics terhadap solvent sehingga semakin banyak senyawa
aromatics dan polyaromatics yang terekstrak dan VI rafinat akan semakin tinggi.
Charge Rate
Laju alir umpan solvent extraction ini juga menjadi penentu
proses ekstraksi yang terjadi. Laju alir umpan ini berhubungan dengan waktu
kontak antara minyak umpan dengan solvent yang sangat menentukan kualitas
proses ekstraksi yang terjadi. Semakin rendah laju alir umpan maka semakin lama
waktu kontak yang terjadi antara minyak umpan dengan solvent sehingga proses
pemisahan dapat semakin optimal namun konsekuensinya yield produk juga rendah. Begitu
pula sebaliknya.
Feed and Products
Berikut ini adalah contoh hasil ekstraksi dari suatu minyak
umpan dengan dua solvent yang berbeda.
Umpan unit solvent extraction pada umumnya adalah long
residue (bottom product CDU) ataupun hasil distilasi vakum dari long residue. Produk
dari unit solvent extraction ini berupa rafinat yang akan diolah pada proses
berikutnya, dan ekstrak yang terdiri atas senyawa aromatics dan polyaromatics,
biasa digunakan sebagai solvent industri pengolahan karet.
Referensi:
Lynch, Thomas R., 2007, Process Chemistry of Lubricant Base Stocks,
Boca Raton: CRC Press
KKW AKA I: RU IV's FEU Process Overview
Beberapa Catatan Kuliah AKAMIGAS-STEM
1 komentar :
Saya menjual produk Pelumas/Oli dan Grease/Gemuk untuk sektor Industri.
Oli yang kami pasarkan diantaranya untuk aplikasi : Diesel Engine Oil, Transmission Oil, Gear Oil, Compressor Oil, Hydraulic Oil, Circulating & Bearing, Heat Transfer Oil, Slideway Oil, Turbine Oil, Trafo Oil, Metal Working Fluid, Synthetic Oil, Corrosion Preventive, Wire Rope, Specialities Oil dan aneka Grease/Untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
WA:0813-1084-9918
Terima kasih
Posting Komentar