Fixed Bed Reactor merupakan suatu reaktor yang mana katalis berdiam
di dalam reactor bed. Di dalam reaktor, katalis ditopang oleh suatu struktur
catalyst support berupa perforated tray dengan tambahan lapisan inert semacam
ceramic balls dengan diameter bervariasi sesuai dengan ukuran partikel katalis
baik di sisi terbawah maupun di lapisan teratas bed katalisator.
Secara spesifik, fixed bed reactor yang ada di unit
pengolahan minyak bumi dirancang oleh vendor berdasarkan kebutuhan proses. Struktur
internal reaktor pun berbeda dari vendor satu dengan lainnya. Karena sifatnya
yang sangat spesifik, perancangan reaktor itu sendiri biasanya juga terkait
dengan lisensor prosesnya, misalnya perancangan fixed bed reactor untuk Unicracking
akan berbeda dengan perancangan fixed bed reactor untuk MSDW Lube Catalytic
Dewaxing. Hal ini terkait dengan kebutuhan proses, terutama terkait dengan
kebutuhan katalis yang sangat spesifik tergantung pada vendornya masing-masing.
Meskipun demikian, secara umum bagian-bagian internal reaktor tetap sama, hanya
saja tiap lisensor proses maupun vendor reaktor tersebut memiliki typical
design masing-masing yang diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi dari reaktor
tersebut.
Bagian utama dari sebuah fixed bed reactor adalah reactor vessel,
reactor internals, katalisator, inert dan graded katalisator. Reactor vessel
merupakan bagian yang menyediakan tempat bagi katalis dan tempat berlangsungnya
kontak antara minyak umpan dan katalis yang kemudian terjadi reaksi. Reactor vessel
dirancang dengan dasar perancangan pressure vessel (ASME BPVC Section VIII Division 2). Kunci
dari perancangan reactor vessel ini adalah pemilihan material, allowable
working pressure, dimensi dan ketebalan dinding vessel.
Perancangan Reactor
Vessel
Pemilihan material untuk reactor vessel harus memperhatikan
sistem reaksi yang terjadi di dalam reaktor. Apabila di dalamnya terdapat
penggunaan gas hidrogen, maka harus diperhatikan risiko terjadinya hydrogen
attack. Keberadaan gas hidrogen
di dalam suatu sistem peralatan menimbulkan potensi terjadinya penetrasi gas
hidrogen ke dalam struktur carbon steel. Kemudian gas hidrogen bereaksi
dengan karbon membentuk metana. Tekanan yang dihasilkan karena reaksi tersebut
akan menyebabkan berkurangnya ductility (hydrogen embrittlement)
dan kerusakan karena retak atau pun rapuhnya material baja. Berkurangnya
kandungan karbon akibat adanya reaksi dengan gas hidrogen akan menurunkan
kekuatan material baja tersebut. Oleh karena itu, untuk material reactor vessel
yang memerlukan spesifikasi khusus karena melibatkan gas hidrogen di dalam
reaksinya perlu memperhatikan grafik Nelson API RP 941 supaya pemilihan
material dapat mengakomodasi kebutuhan reaksi. Dengan grafik tersebut,
berdasarkan tekanan parsial hidrogen dan temperatur operasi dapat diperoleh
kandungan material (Cr – Mo) yang paling sesuai dengan reaktor yang akan
dibuat. Untuk material lain, misalnya untuk menangani minyak yang korosif dapat
dilihat dalam ASME Section II Material Code.
Allowable
working pressure juga memiliki peranan penting dalam menentukan perancangan
reactor vessel. Hal ini terkait dengan perhitungan ketebalan yang dibutuhkan
untuk reactor vessel tersebut. Allowable working pressure merupakan tekanan
tertinggi yang diizinkan dan yang seharusnya dapat diakomodasi oleh reactor
vessel. Dalam perancangan, tekanan maksimal yang diizinkan merupakan 120% dari
tekanan operasi maksimal. Hal ini sebagai safety factor dan berlaku untuk semua
aspek perancangan peralatan. Sedangkan untuk temperatur desain ditentukan
dengan maksimal temperatur operasi yang diizinkan ditambah 50o (baik
dalam satuan Celcius maupun Fahrenheit). (Howard F. Rase, 1957)
Tahap
selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah menentukan dimensi dan ketebalan
reactor vessel. Dimensi reaktor (diameter dan tinggi) ditentukan berdasarkan
kebutuhan volume bed yang nantinya ditambah dengan reactor internals lainnya
seperti quench zone dan feed distributor. Sedangkan untuk ketebalan dinding
reactor vessel ditentukan dengan banyak faktor perhitungan. Untuk perhitungan
utamanya menggunakan rumus pada ASME BPVC Section VIII Division 2
seperti halnya pressure vessel lainnya. Kemudian dilakukan perbandingan hasil
perhitungan ketebalan berdasarkan internal pressure tersebut dengan hasil
perhitungan ketebalan berdasarkan windload dan dead weight. Ketebalan yang
lebih besar itulah yang digunakan. Perhitungan ketebalan windload dan dead
weight sangat perlu dilakukan guna meyakinkan apakah reactor vessel yang
dirancang mampu menahan posisi dan struktur di dalamnya karena adanya terpaan
angin dan beratnya beban reactor vessel tersebut.
Pemilihan Katalisator
Katalisator merupakan
salah satu hal vital dalam sistem reaksi di dalam reaktor. Pasalnya, pada
perancangan reaktor semua variabel proses ditentukan oleh physical properties
dan kebutuhan reaksi dari katalisator. Misalnya batasan pressure drop untuk
reaksi maupun regenerasi tidak boleh melebihi crushing strength dari partikel
katalisator. Begitu halnya dengan temperatur. Temperatur dibatasi dengan
melting point komponen penyusun katalisator. Selain itu temperatur sistem
reaktor yang eksotermis misalnya, akan sangat rentan terjadi overheating pada
reactor vessel. Oleh karena itu, pemilihan material reactor vessel, penentuan
sistem distribusi panas, ukuran diameter dan tinggi bed katalisator akan
memerlukan perhatian khusus dalam perancangannya. Begitu pula dengan
instrumentasi yang dibutuhkan terutama thermocouple (temperature sensor element).
Baik jumlah maupun konfigurasinya dalam sistem axial maupun radial akan sangat
menunjang monitoring ketat distribusi panas di dalam bed katalisator agar tidak
terjadi runaway.
Perbedaan physical
properties, aktivitas, selektivitas, dan stabilitas dari tiap-tiap katalisator
akan membutuhkan sistem kondisi operasi yang berbeda. Misalkan untuk
katalisator Catalytic Dewaxing Process berikut ini.
Untuk jenis
katalis komersial biasanya jarang di-publish secara umum, baik itu spesifikasi
maupun kondisi operasi tipikalnya. Hal ini terkait dengan data katalisator yang
merupakan propriatery atau patent dari tiap-tiap vendor. Berikut ini ada
beberapa contoh jenis katalisator beserta vendornya yang sudah diinventarisasi
oleh Oil and Gas Journal.
[leave a
comment for the complete catalysts compilation data]
Reactor Internals
Selain reactor
vessel, struktur internal reaktor juga sangat menunjang optimalnya kinerja dari
sistem reaksi yang terjadi di dalam reaktor tersebut. Beberapa kata kunci
seperti distribusi umpan, distribusi panas, fouling, distribusi lapisan
katalisator, dan juga temperatur reaksi merupakan beberapa hal yang mewakili
peran dari struktur internal reaktor tersebut. Secara umum struktur internal
terdiri atas feed distributor, distribution tray, scale basket, quench
distributor, collector ring, inert and catalyst graded. Klik link berikut untuk melihat reactor internals 3D model.
- Feed Distributor
Feed distributor
merupakan struktur internal yang terletak di bagian inlet reaktor. Feed distributor
ini berupa struktur yang memiliki baffle dan deflector yang memungkinkan umpan
masuk ke dalam reaktor didistribusikan secara merata ke dalam bed katalisator. Distribusi
umpan ini merupakan kunci dari sitem reaksi di dalam bed katalisator. Dengan meratanya
distribusi umpan, maka distribusi panas di dalam bed juga akan merata dan
reaksi dapat berlangsung dengan optimal. Salah satu dampak negatif dari tidak
meratanya distribusi umpan adalah akan terjadi hotspot pada titik tertentu pada
bed katalisator yang lama-kelamaan akan terjadi channeling dan hal ini akan
mempengaruhi lifetime dari katalisator.
- Distribution Tray
Distribution
tray pada intinya melanjutkan tugas dari feed distributor yakni memeratakan
distribusi umpan ke dalam bed katalisator. Distribution tray ini berada pada
bagian teratas dari bed katalisator pertama di dalam reaktor. Distribution tray
berupa tray dengan struktur slotted-chimneys dan/atau bubble cap tray yang
memungkinkan terjadinya kontak antara fase vapor dan liquid. Melalui kontak
ini, akan terjadi transfer massa dan transfer panas dan pada akhirnya vapor dan
liquid dari umpan dapat didistribusikan secara merata ke dalam bed katalisator.
- Scale Basket
Scake basket
merupakan struktur semacam mesh strainer yang disusun pada layer pertama bed
katalisator dengan konfigurasi tertentu. Pemasangan scale basket ini merupakan
salah satu upaya guna mengurangi terjadinya fouling pada bed katalisator sehingga
pressure drop bed katalisator dapat terjaga.
- Quench Distributor
Quench distributor
merupakan suatu struktur yang dipasang di antara dua bed katalisator. Quench distributor
dipasang pada reaktor dengan sistem reaksi eksotermis. Fungsinya adalah untuk
me-maintain temperatur outlet bed sebelum memasuki bed katalisator berikutnya. Pasalnya,
temperatur outlet bed akan selalu lebih tinggi dari inletnya karena sistem
reaksinya eksotermis. Apabila temperatur outlet bed pertama sudah tinggi, maka
setelah melalui bed kedua temperatur akan naik lagi. Jika kondisi ini tidak
diatur, maka potensi terjadinya runaway akan lebih besar. Oleh karena itu,
dibuatlah struktur quench distributor yang akan mendistribusikan quench gas
pada effluent bed pertama guna menurunkan (menjaga) temperatur sebelum memasuki
bed berikutnya.
Struktur quench
distributor secara umum antara lain quench pipe sebagai transfer line quench
gas (misalnya hydrogen) ke dalam reaktor (quench zone). Pada beberapa desain
tipikal quench distributor, terdapat pula suatu struktur yang mendistribusikan
quench gas berupa silinder tertutup dengan beberapa lubang di sisinya disebut
quench sparger. Kemudian mixing table yang merupakan tempat terjadinya
percampuran antara quench gas dan effluent bed pertama. Dan struktur paling
bawah adalah distribution tray. Struktur distribution tray pada quench zone ini
hampir sama dengan struktur distribution tray pada lapisan teratas bed pertama.
Tujuan utamanya pun sama, suapaya terjadi heat transfer sehingga temperatur
effluent bed pertama dapat diatur sesuai kebutuhan sebelum memasuki bed
berikutnya.
- Inert and Catalyst Graded
Pada bed
katalisator, inert balls diletakkan di bagian atas dan bawah katalisator. Di
bagian atas katalisator, inert balls berfungsi meredam energi tumbukan dari
aliran umpan guna menjaga distribusi katalisator di dalam bed katalisator. Di
bagian bawah bed katalisator, inert balls berfungsi sebagai support untuk
menopang katalisator dan juga menjaga agar katalisator tidak ikut mengalir keluar
bed katalisator bersama aliran umpan.
Graded
katalisator merupakan partikel-partikel yang ditambahkan di atas ataupun di
bawah katalisator di dalam bed katalisator yang memiliki fungsi-fungsi tertentu
sesuai komposisinya. Fungsi graded katalisator antara lain sebagai treatment
awal, menahan deposit, menyerap logam, dan lain-lain. Beberapa jenis graded
katalisator ditambahkan ke dalam bed katalisator guna mengoptimalkan aktivitas
katalisator.
Pemilihan
graded katalisator dilakukan berdasarkan karakteristik katalisator utama di
masing-masing reaktor. Karakteristik katalisator akan mempengaruhi proses
reaksi yang berlangsung pada tiap-tiap bed katalisator. Dengan pemilihan graded
katalisator yang tepat diharapkan reaksi yang berlangsung dapat terjadi secara
optimal dan menghasilkan produk sesuai yang diharapkan.
- Collector Ring
Collector
ring merupakan
perlengkapan internal reaktor yang mencegah katalisator mengalir keluar
reaktor. Collector ring ini dipasang pada bagian bawah reaktor. Jumlah
area terbuka di dalam collector ring harus lebih besar dari lima kali
luas area outlet nozzle sehingga rentang penurunan aliran tidak
menimbulkan pressure drop yang berlebihan.
Pada akhir perancangan
fixed bed reactor, perlu dievaluasi pressure drop per bed maupun total reaktor.
Hal ini sangat menentukan kebutuhan tekanan operasi terkait dengan rotating
equipment yang dibutuhkan. Perhitungan pressure drop tidak hanya dihitung
berdasarkan pressure drop yang ditimbulkan oleh partikel katalisator, inert,
dan graded katalisator saja tetapi juga dengan adanya struktur internal reaktor
seperti inlet diffuser, quench distributor, dan collector ring. Hal ini karena
keberadaan struktur internal reaktor tersebut juga berkontribusi terhadap
pressure drop yang terjadi di dalam reaktor. Pada akhirnya, maksimum pressure
drop dapat ditentukan berdasarkan pressure drop total (dalam kondisi katalis
bersih) ditambah fouling factor sesuai rekomendasi dari process licensor. Itulah
yang menjadi dasar bagi perancangan rotating equipments penunjang reactor
section tersebut.
Referensi:
Farr, James R. Et al., 2001, “Guidebook for Design of ASME Section VIII
Pressure Vessel Second Edition”,
The American Society of Mechanical Engineer, New York.
Rase, Howard F and M. H Barrow, 1957,
Project Engineering of Process Plant,
John Wiley and Son, New York.
Harriott, Peter, 2003, “Chemical reactor Design”, Marcell
Dekker, New York.
Dan beberapa catatan kuliah AKA IV.
3 komentar :
haloo salam kenal :)
anak teknik kimia ya?
salam kenal juga, iya semacam itu, tapi di kampus kami dulu masuknya Jurusan Proses dan Aplikasi Prodi Refinery
hai, salam kenal saya yohannes
mau tanya dong, kalo mau design fraksionator pakai referensi buku apa ya?
thanks
Posting Komentar