Diskusi di panel reaktor tadi pagi memicu saya untuk sekali
lagi membuka referensi kuliah. Latar belakang mengenai dibuatnya Heavy
Polynuclear Aromatics (HPNA) Adsorber, kenapa HPNA Adsorber tersebut digunakan
untuk memproses effluent reaktor 2 atau recycle feed sebelum masuk ke recycle
feed surge drum, dan bagaimana terbentuknya HPNA di dalam HVGO menjadi fokus
diskusi saya bersama salah seorang panelman reaktor di plant 3. Berikut ini
sedikit ulasan mengenai terbentuknya HPNA.
Pengertian Heavy
Polynuclear Aromatics (HPNA)
Dalam sebuah lembar publikasi internasional disebutkan bahwa
Heavy Polynuclear Aromatics (HPNA) merupakan gabungan senyawa aromatik dengan
jumlah cincin 7+ buah cincin misalnya senyawa coronenes C24H12,
benzocoronenes C28H14, dibenzoncoronenes C32H16,
dan ovalenes C32H14. HPNA dengan cincin aromat 7+
merupakan produk samping dari reaksi hydrocracking yang sebenarnya tidak diharapkan
keberadaannya. Pasalnya, keberadaan HPNA
ditengarai menyebabkan berbagai permasalahan dalam unit hydrocracking, terutama
dalam reactor section. Ketika batasan kelarutan HPNA sudah terlewati, maka
potensial terjadinya kerak (scale) pada sistem perpipaan, valve dan permukaan
transfer panas pada HE akan meningkat. Lebih parah lagi, HPNA dapat
meningkatkan laju deaktivasi katalisator melalui reversible inhibition dan
pembentukan coke.
Terbentuknya Heavy
Polynuclear Aromatics (HPNA)
Potensi terbentuknya HPNA meningkat seiring meningkatnya end
point dari umpan (HVGO). Selain itu, tingginya konversi juga memiliki dampak
yang sama terhadap potensi terbentuknya HPNA. Menurut David L. Trimm dalam
bukunya Catalysts in Petroleum Refining, 1989 menyebutkan bahwa HPNA yang
memiliki potensi menyebabkan fouling terbesar adalah senyawa aromatik dengan
cincin 11+. Terbentuknya HPNA tersebut
tidak lepas dari jenis umpan (feedstock), pemilihan katalis, konfigurasi
proses, dan juga kondisi operasi prose tersebut.
Keberadaan precursor HPNA pada feedstock dalam hal ini HVGO
juga meningkat seiring meningkatnya end point HVGO. Precursor tersebut adalah
senyawa Polynuclear Aromatics (PNA) atau senyawa aromatik multicincin dengan
rantai samping yang panjang. Selama proses hydrocracking, rantai samping
tersebut akan terputus dan cincin aromatik yang tersisa akan terkondensasi.
Karena sifat alaminya (fraksi berat), maka hasil kondensasi cincin aromatik
tersebut cenderung terakumulasi pada sistem recycle feed dan dapat membentuk
HPNA yang dapat menyebabkan fouling.
Sesuai dengan skema reaksi di atas bahwa pembentukan HPNA dapat melalui jalur reaksi penjenuhan cincin aromatik yang dikatalisis oleh sisi logam yang kemudian diikuti oleh reaksi yang dikatalisis oleh sisi asam. Mekanisme reaksi tersebut secara detail dapat dilihat pada posting Hydrocracking Process (Part 2) Jalur pembentukan lainnya yaitu melalui kondensasi senyawa cincin aromatik yang dikatalisis oleh sisi asam katalis membentuk senyawa aromatik dengan jumlah cincin yang lebih banyak.
Senyawa aromatik dengan minimal dua buah cincin disebut sebagai polynuclear aromatics (PNA). PNA yang terkandung dalam HVGO yang merupakan umpan unit hydrocracker apabila mampu melewati pori-pori katalisator hydrocracker, maka akan terjadi reaksi dealkilasi yang akan memutus rantai alkil radikal dari cincin aromatnya. Senyawa intermedia hasil reaksi tersebut akan mengalami reaksi penjenuhan denga hidrogen atau pun dapat mengalami reaksi kondensasi dengan senyawa intermedia lain membentuk senyawa yang lebih stabil.
Mekanisme pembentukan
HPNA adalah sebagai berikut.
Reaksi di atas merupakan reaksi cincin yang berkelanjutan
dan hasil akhir dari reaksi cincin tersebut disebut HPNA. Dengan kata lain, PNA
yang lebih kecil dapat disebut sebagai precursor dalam pembentukan HPNA. Jumlah
dan tipe precursor HPNA sangat dipengaruhi oleh jenis feedstock dan boiling
range-nya (terutama end point). Secara umum, semakin berat fraksi umpan, maka
semakin banyak prekursor PNA yang terkandung dalam umpan, dan semakin banyak
HPNA yang akan terbentuk. Di samping itu, jenis crude aromatik juga memiliki
potensi mengandung prekursor PNA yang lebih banyak dibandingkan jenis crude
Parafinik ataupun naftenik.
Penekanan Jumlah HPNA
dan Precursor-nya
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dampak
negatif terbentuknya HPNA dalam sistem reaktor hydrocracking adalah potensial
terjadinya kerak (scale) pada sistem perpipaan, valve dan permukaan transfer
panas pada HE akan meningkat, meningkatkan laju deaktivasi katalisator melalui
reversible inhibition dan pembentukan coke yang secara kasat mata dapat
diketahui dari meningkatnya pressure drop reaktor dengan cepat dalam kurun
waktu yang relatif singkat dan konversi yang menurun. Dengan pertimbangan
dampak-dampak tersebut, maka dibutuhkan suatu treatment khusus untuk menurunkan
kadar precursor dan pembentukan HPNA tersebut.
- Treatment dengan Net Purge Unconverted Oil
Treatment dengan Net Purge Unconverted Oil ini memerlukan
modifikasi unit proses hydrocracker yang cukup banyak. Pasalnya Net Bottom
Fractionator sebelum dikirim ke recycle feed surge drum akan dipanaskan kembali
hingga mencapai bubble point-nya (±380oC) kemudian masuk ke
stripper dan di-strip dengan bantuan steam hingga terjadi pemisahan antara fase
uap dan cairnya. Fase uap tersebutlah yang akan diproses kembali dalam recycle
reactor. Sementara bottom product dari stripper tersebut sebagai net purge
uncoverted oil yang harus dipisahkan dari recycle feed karena mayoritas
precursor dan HPNA yang sudah terbentuk terakumulasi dalam fase liquid bottom
product stripper tersebut.
- Treatment dengan HPNA Adsorber
Treatment dengan HPNA Adsorber ini ditujukan supaya kandungan
precursor dan HPNA yang telah terbentuk dari hasil reaksi pada fresh feed
reactor dapat dipisahkan dari recycle feed yang akan diproses kembali di dalam
recycle reactor. Dengan terjerapnya (teradsorb) sejumlah besar PNA dan HPNA
dalam recycle feed, diharapkan potensi fouling dan peningkatan laju deaktivasi
katalisator di dalam recycle reactor dapat dikurangi.
Referensi:
International Publication No. WO2012/052042 A1 : Process for
Hydrocracking a Hydrocarbon Feedstock
Publication No. US2012/0187027 A1: Hydrocracking Process
with Feed/Bottom Treatment
David L. Trim, 1989, Catalysts in Petroleum Refining, 1989:
Proceedings of the First International Conference on Catalysts in Petroleum
Refining, Kuwait, March 5-8, 1989, Volume 53
David S. J. “Stan” Jones and Peter R. Pujado, 2006, Handbook
of Petroleum Processing, Netherland: Springer
0 komentar :
Posting Komentar