Sebenarnya telat ini
postingnya, harusnya overview proses hydrocracking dulu baru bahas masalah
HPNA. Tapi berhubung lagi “urgent” karena dapat PR dari senior, buru-buru deh
buka materi dan ngubek-ubek koleksi
e-book lagi buat nyari data mengenai HPNA. Nah kali ini saya mau review dan
belajar lagi tentang hydrocracker.
Hydrocracking
merupakan proses pengolahan migas secara katalitis yang terbilang serba guna,
dapat meng-upgrade umpan dalam fraksi distilat (Atmosferic Gas Oil, Heavy
Vacuum Gas oil maupun Coker Gas Oil) menjadi fraksi-fraksi produk yang lebih
bernilai ekonomis. Keserbagunaan hydrocracking ini tidak lepas dari
fleksibilitas jenis umpan, pemilihan katalisator, dan mode produksi yang diharapkan. Jenis katalisator untuk
hydrocracking sangat beragam. Hal ini insyaallah akan dibahas pada posting
berikutnya. Secara umum, kondisi operasi hydrocracker meliputi Liquid Hourly
Space Velocity (LHSV) 0,5 – 2,0; sirkulasi H2 5000 – 10000 SCFB (850
– 1700 Nm3/m3); tekanan parsial H2 1500 – 2000
psia (103-138 bar); dan rentang Start of Run (SOR) temperature antara 675oF
– 725oF (357 – 385oC).
Sejarah
Unit hydrocracker komersial pertama kali dibangun di Chevron’s
Rischmond CA Refinery pada tahun 1960. Hydrocracking ini merupakan salah satu
proses konversi hidrokarbon tertua selama perkembangan teknologi petroleum refining.
Hydrocracking sendiri sebenarnya awalnya sudah didesain dan diterapkan untuk
konversi batu bara pada tahun 1915 di Jerman. Unit hidrogenasi brown coal
pertama terdapat di Leuna, Jerman sejak tahun 1927 dan sudah menggunakan teknologi
proses hydrocracking komersial.
Pada pertengahan 1950-an, industri mobil memproduksi mobil
dengan tingkat performa yang mensyaratkan rasio kompresi mesin yang tinggi.
Tentunya kebutuhan angka oktan bahan bakar juga harus lebih tinggi. Hal ini
pulalah yang memicu semakin pesatnya perkembangan teknologi hydrocracking. Fleksibilitas
unit hydrocracker yang memungkinkan berproduksi dengan mode yang berbeda-beda
dengan jenis katalis dan kondisi operasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
refinery tersebut. Pada akhir 1950-an, yang mana terjadi reformasi
besar-besaran dalam dunia transportasi pascaperang dunia II yakni penggunaan
mesin diesel pada kereta yang awalnya memanfaatkan tenaga steam dan juga adanya
peningkatan kebutuhan jet fuel untuk bahan bakar pesawat terbang.
Pada tahun 1960-an, perkembangan teknologi hydrocracking
semakin pesat seiring penemuan katalis zeolit untuk hydrocracker. Peningkatan yang
signifikan terlihat pada pemakaian katalis berbahan dasar zeolit dibandingkan yang
sebelumnya menggunakan katalis amorphous antara lain aktivitas yang lebih
tinggi, toleransi amonia yang lebih besar, dan selektivitas terhadap gasolin
yang lebih tinggi. Pada tahun 1970-an, mode produksi yang awalnya berorientasi
untuk menghasilkan gasolin dengan ON yang tinggi, mulai beralih ke produk
middle distillates. Katalis amorphous-pun kembali banyak digunakan meskipun
pada masa itu mulai dikembangkan katalis yang lebih fleksibel yang mampu
menghasilkan produk dengan mode yang berbeda dengan mengubah kondisi
operasinya. Pada awal tahun 2001, lebih dari 150 hydrocracker beroperasi di
seluruh dunia dengan total kapasitas lebih dari 3800000 B/D (500000 MT/D).
Blok Diagram
Berbagai lisensor proses yang mengembangkan teknologi
hydrocracking ini mengembangkan flow scheme proses yang berbeda namun secara
umum dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni single stage dan two stage.
Single stage
once-through hydrocracking
Single stage with
recycle hydrocracking
Unit hydrocracking yang paling banyak ditemui adalah unit
dengan konfigurasi single stage with recycle. Fresh feed dan hidrogen memasuki
reaktor setelah dipanaskan hingga mencapai temperatur reaksi melalui sejumlah
preheater dan heater. Effluent reaktor dipisahkan dalam sebuah separator, di
mana hidrogen dialirkan kembali ke sistem reaktor dengan tambahan make up
hydrogren. Fraksi liquid yang terpisah di dalam separator dialirkan dalam
sebuah fraksinator di mana bottom product-nya fraksinator tersebut sebagai
unconverted oil. Pada unit single stage hydrocracker dengan recycle ini,
unconverted oil akan diumpankan kembali ke dalam reaktor bersama fresh feed.
Pada perkembangannya, unit hydrocracker dengan konfigurasi
single stage dengan recycle ini dikembangkan menjadi konfigurasi dengan dua
buah reaktor. Berikut ini adalah contoh flow diagram unit hydrocracker single
stage tipikal.
Two stage recycle
hydrocracking
Konfigurasi two stage recycle hydrocracking juga banyak
digunakan khususnya untuk unit-unit dengan kapasitas yang besar. Pada unit
dengan two stage, reaksi hydrotreating dan cracking terjadi pada stage pertama.
Effluent dari stage pertama dipisahkan dan difraksinasikan dengan unconverted
oil-nya. Unconverted oil hasil fraksinasi dikirim ke reaktor stage kedua dan
hasilnya bergabung dengan effluent reaktor stage pertama. Skema sederhana unit
hydrocracking dua stage adalah sebagai berikut.
Separate hydrotreat two stage hydrocracking
Variasi dari konfigurasi dua stage dengan sirkulasi hydrogen
adalah separate hydrotreat hydrocracking.
Dengan konfigurasi ini, sirkulasi hidrogen terpisah, sehingga memungkinkan
terjadinya operasi pada stage kedua dengan kadar hydrogen sulphide (dan amonia)
nil (sangat sedikit).
Referensi:
David S. J. “Stan” Jones and Peter R. Pujado, 2006, Handbook
of Petroleum Processing, Netherland: Springer
0 komentar :
Posting Komentar